cerita nasihat (tobat)

Sebelum kalian membaca cerita-cerita di bawah ini. Gua minta kamo orang semua, tanang dan jangan anggap mainan. Anggap lah kalian yang ada di cerita tersebut. Dalami semua kata-kata yang ada di setiap cerita. Artikan atau maknakan cerita tersebut. Karna mungkin saja kamo orang akan mengeluarkan air mata karna pernah mengalami seperti yang ada di salah satu cerita.


Pohon apel dan anak laki-laki
Dahulu kala ada sebatang pohon apel yang sangat besar. Seorang anak laki-laki selalu datang dan bermain-main di sekitar pohon itu. Dia memanjat sampai pucuk pohon, memakan buahnya,kemuadian tidur-tiduran di bawahnya. Dia sangat mencintai pohon apel dan si pohon apel juga sangat senang bermain dengannya. Waktu berlalu, si anak mulai beranjak besar dan mulaijarang mendatangi pohon apel.
Pada suatu hari datanglah si anak yang sudah menjadi remaja dengan muka sedih.
“Ayo, naikalah ke batangku, kita bermain,” ajak si pohon apel.
Aku sekarang sudah remaja, aku tidak memanjat-manjat pohon lagi. Aku ingin mainan dan aku memerlukan uang untuk membelinya,” kata si anak.
“Aduh maaf aku tidak mempunyai uang, tetapi kau boleh memetik seluruh buah apelku dan menjualnya ke pasar, dengan demikian kau mempunyai uang untuk membeli mainan,” kata pohon apel.
Si anak menjadi bersemangat, dia petik seluruh buah apel kemudian pergi ke pasar untuk menjualnya. Setelah itu sianak tidak pernah muncul kembali, tentu saja hal itubmemb uat si pohon apel sangat sedih.
Pada suatu hari, si remaja yang telah dewasa datang lagi ke pohon apel.
“ayo cepat kesini, kita bermain bersama-sama,” kata pohon apel dengan gembira.
“Aku tidak ada waktu lagi untuk bermain, aku sudah berkeluarga, aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami memerlukan rumah untuk berteduh. Apa kau bisa menolong?”
“Maaf aku tidak punya rumah, tetapi kau boleh menebang dahan-dahanku untuk membuat rumah,” kata pohon apel.
Orang itu segera menebang dahan-dahan pohon apel dengan gembira membawanya pergi. Pohon apel merasa senang dapat membantu temannya, tetapi setelah itu dia tidak pernah muncul lagi. Pohon apel kembali merasa kesepian dan sedih.
Di suatu  musim panas, orang itu datang lagi dan pohon apel menyambutnya denagn gembira.
“kamu mau bermain?” ajak si pohon apel.
“Aku sekarang sudah tua. Aku ingin bersantai- santai naik perahu. Apakah kau bisa memberiku perahu?”
“Tebang saja batangku untuk membuat perahu. Berlayarlah dan bersenang-senang.”
Orang itu segera menebang pohon apel, membuat perahu dan pergi untu berlayar. Pohon apelpun sudah tahu apa yang akan terjadi.
Setelah beberapa tahun kemudian orang itu datang lagi ke pohon apel.
“Maaf anakku,” kata pohon apel, ”aku sudah tidak mempunyai apa apa lagi untukmu, apelpun sudah tidak ada lagi.”
“Tidak apa apa, aku sudah tidak mempunyai gigi untuk menggigit apel.” Jawabnya.
“Tidak ada lagi dahan untuk memanjat manjat.”
“Ah, aku sudah terlalu tua untuk itu.”
“Aku betul  betul tidak mempunyai apa apa lagi, yang tersisa hanyalah akar akar tua yang mulai mengering.” Kata pohon apel sambil mengeluarkan air mata karena sedih.
“Aku sudah tidak memerlukan apa apa lagi, kecuali tempat untuk beristirahat, setelah beertahun tahun sangat melelahkan selama ini,” jawab orang itu.
“Oh, bagus, akar pohon tua adalah tempat yang bagus untuk bersandar dan beristirahat. Kesini dan duduklah di akarku dan istirahat,” kata si pohon apel tersenyum sambil berlinang air mata bahagia

…..Ini adalah cerita untuk kita semua. Ibaratnya, pohon apel adalah orangtua kita. Ketika kita masih anak anak kita selalu senang bermain bersama Ayah dan Ibu.Ketika beranjak dewasa , kita meninggalkan mereka; hanya datang bila memerlukan sesuatu atau sedang bermasalah. Bagaimanapun, orangtua selalu ada dan bersedia memberikan apapun yang mereka punya untuk membuat kita bahagia. Mungkin kita berpikir bahwa si anak laki laki itu sangat kejam kepada pohon apel, tetapi begitulah kita memperlakukan orang tua kita. Kita tidak pernah menghargai apa yang mereka lakukan untuk kita, sampai akhirnya terlambat….


Dibayar Kontan
Seorang pemuda baru saja menyelesaikan kuliahnya dan tinggal menunggu saat wisuda. Beberapa bulan terakhir ini ia ingin sekali memiliki mobil sport yang selalu dilihatnya di show room mobil mewah dekat kampusnya. Yakin bahwa ayahnya mampu, ia mengatakan kepada ayahnya bahwa satu satunya yang ia inginkan adalah mobil sport itu.
Hari wisudapun tiba, dengan was was ia memperhatikan apakah ada tanda tanda ayahnya telah membeli mobil sport yang diinginkan. Akhirnya di pagihari sebelum berangkat untuk wisuda, sang ayah memanggil dan menyuruhnya masuk ke ruang kerja
Ayahnya mengatakan bahwa ia sangat bangga dan sangat mencintainya. Dia memberikan sebuah bingkisan yang terbungkus rapih dan diikat dengan pita yang indah. Dengan penuh rasa ingin tahu namun kecewa si pemuda membuka bingkisan yang di dalamnya terdapat sebuah Al-Qur’an dengan sampul kulit yang sangat indah. Dengan sangat marah dan suara yang tinggi dia membentak ayahnya : “Dengan uangmu yang melimpah ruah itu, ayah hanya memberi hadiah sebuah Al-Qur’an?” lalu ia lari keluar rumah dan mengabaikan kitab suci hadiah dari ayahnya.
Sejak itu ia tak pernah lagi menghubungi ayahnya. Tahun demi tahun berlalu, sang pemuda sudah berhasil dalam usahanya. Dia telah berkeluarga dan mempunyai rumah yang bagus. Suatu hari ia teringat akan ayahnya yang tentunya sudah tua, dan berpikir untuk menemuinya. Terakhir kali ia melihat sebelum ia wisuda, sesudah itu jangankan menengoknya, kirim suratpun tidak pernah. Namun sebelum rencana itu terlaksana, ia menerima telegram bahwa ayahnya telah meninggal dunia dan mewariskan seluruh kekayaannya kepadanya. Diapun memutuskan untuk segera pulang ke rumah orang tua nya dan mengurus segalanya.
Sampai dirumah tempat dia dibesarkan, rasa sedih dan penyesalan yang mendalam bercampur baur di dalam dada. Ketika mulai mebereskan surat-surat penting di meja ayahnya, dilihat kitab suci Al-Qur’an hadiah dari almarhum ayahnya masih berada di tempat yang sama ketika dia meletakkan di meja dan lari keluar rumah pada saat itu.
Dengan berlinangan air mata diambilnya kitab suci itu dan dibuka nya lembar demi lembar. Tiba-tiba sebuah amplop yang tadinya diselipkan di dalam kitab itu jatuh ke lantai. Ketika dibuka isinya adalah sebuah kunci mobil sport dan kwitansi dari showroom mobil mewah dekat kampusnya dulu. Di kwitansi tertulis : dibayar kontan, tertanggal pada hari wisudanya waktu itu.
….Berapa kali kita kehilangan rahmat Allah karena mereka datang tidak dalam bingkisan seperti yang kita harapkan?.....